4 Kebiasaan Buruk Retailer Yang Perlu Dirubah
Disadari atau tidak banyak retailer terkadang melakukan kebiasaan yang buruk yang akan yang akan merusak pertumbuhan bisnisnya. Kebiasaan tersebut dilakukan tanpa sengaja karena dianggap sebagai hal yang umum dilakukan. Perlu pemahaman apa saja kebiasaan buruk itu, karena hal ini sebenarnya dapat dicegah dan mudah diperbaiki. Berikut adalah 4 kebiasaan buruk yang biasa dilakukan retailer, dan apa yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya.
Kebiasaan buruk # 1: Tidak tahu siapa pelanggannya
Setiap pelanggan memiliki kebiasaan, dan karakter masing-masing biasanya ditentukan oleh demografis, psikografis, dan perilaku yang dapat mempengaruhi apa yang mereka beli dan saluran mana yang mereka gunakan.
Bagaimana cara memahami pelanggan dengan lebih baik?
Jangan gunakan naluri, tapi selami profil pelanggan dan riwayat pembelian untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang siapa mereka, apa yang mereka beli, dan bagaimana mereka membelinya.
Ketika sudah diketahui apa yang mereka beli dan di mana mereka melakukan pembelian ini, wawasan akan siapa pelanggan menjadi lebih jelas dan manfaatnya kita bisa memberikan pelayanan kepada mereka dengan lebih baik. Contoh sederhananya kita bisa memberikan penawaran spesial kepada mereka secara lebih personal dan diharapkan dengan ini akan meningkatkan loyalitas dan pembelian mereka.
Kebiasaan buruk # 2: Tidak menerima berbagai opsi pembayaran
Kemudahan pembayaran akan membuat pelanggan merasa nyaman. Namun imbasnya retailer bisa kesulitan dalam hal prosesnya, dan itu sepenuhnya bisa dimengerti. Secara tradisional, proses pembayaran yang melibatkan pihak ketiga (bank, atau lembaga keuangan lain) terasa ribet dan uang diterima tidak langsung. Sehingga hingga jaman digital sekarang masih banyak toko ritel yang hanya menerima pembayaran tunai.
Bagaimana menawarkan lebih banyak opsi pembayaran kepada pelanggan tanpa ribet?
Pemrosesan pembayaran yang cepat, aman, dan terjangkau bagi retailer dan pelanggan. Saat ini Sistem POS sudah banyak terintegrasi dengan payment gateway secara online dan tentunya akan menawarkan kemudahan dan murah biaya administrasinya serta tanpa perjanjian yang rumit. Hal ini bisa dicoba sebagai respon banyaknya customer yang menggunakan rekening virtual. Manfaat tambahan adalah bahwa retailer, sebenarnya dengan pembayaran digital secara bisnis akan memiliki visibilitas penuh karena sistem pembayaran akan terhubung dengan Sistem POS secara otomatis.
Kebiasaan buruk # 3: Malas mengumpulkan data
Salah satu kesalahan paling umum yang dilakukan retailer adalah abai terhadap data data. Pengusaha ritel sebenarnya tahu manfaat jika mereka memiliki data atas bisnis mereka. Namun kebanyakan malas dan tidak mau untuk benar-benar mendapatkan data atas bisnis mereka karena dianggap rumit, ribet dan membuang waktu. Padahal data akan dengan mudah didapatkan jika mereka memanfaatkan sebuah Sistem POS. Sistem POS akan menangkap semua data dari bisnis ritel, apakah itu dari pelanggan, penjualan, pemasaran, inventaris, atau karyawan Anda, dapat secara signifikan meningkatkan pengambilan keputusan jangka pendek dan jangka panjang serta mendorong pertumbuhan bisnis.
Kebiasaan buruk # 4: Merasa nyaman sehingga takut akan perubahan
Satu hal yang mungkin bisa kita perhatikan dalam 3 kebiasaan buruk sebelumnya adalah bahwa, untuk menghentikan kebiasaan buruk, harus secara proaktif mempelajari keterampilan baru - apakah itu mempelajari cara mengubah wawasan dari data menjadi tindakan atau mempelajari cara mengoptimalkan teknologi digital.
Sebagian besar retailer sadar, namun tidak proaktif mengambil “action” karena sudah merasa nyaman dengan proses saat ini sehingga menimbulkan ketakutan akan kegagalan jika melakukan sesuatu diluar kebiasaan. Seiring kemajuan teknologi dan perubahan perilaku konsumen dalam kaitannya dengan kemajuan itu. Satu-satunya cara untuk berkembang dalam lingkungan yang berubah adalah beradaptasi dengannya.