Konsinyasi Menguntungkan atau Tidak?
Peningkatan visibilitas inventory produk sangat penting untuk dilakukan khususnya bagi perusahaan ritel dan distributor. Pertumbuhan tingkat persediaan produk akan muncul seiring dengan peningkatan bisnis dan meningkatnya tingkat inventory produk juga otomatis diikuti dengan munculnya tantangan serius bagi manajemen terkait dengan rantai distribusi, penyimpanan hingga ke faktor-faktor lain seperti kadaluwarsa atau expired.
Salah satu faktor utama yang menciptakan tantangan ini adalah persediaan produk konsinyasi yang merupakan model rantai distribusi dimana produsen menempatkan persediaan di toko atau gudang consignee hingga produk tersebut laku terjual. Bisnis konsinyasi sudah sejak lama mendapatkan tempat di pelaku usaha ritel karena meringankan modal kerja dan dapat mengurangi biaya kirim secara keseluruhan.
Solusi bisnis konsinyasi kedengarannya seperti solusi yang menguntungkan. Bagi produsen sebagai consignor pun cukup senang karena produk mereka akan cukup mendapatkan expose di toko ritel tanpa perlu susah payah.
Namun ditengah banyak orang membahas mengenai nilai plus bisnis konsinyasi, sebenarnya terdapat indikasi bahwa konsep bisnis ini memiliki kelemahan dan biaya tersembunyi dari inventory produk konsinyasi baik itu bagi consignee ataupun consignor. Masalah utama adalah kurangnya pengawasan dan pengendalian oleh salah satu pihak dari persediaan konsinyasi. Karena saat produk konsinyasi diserahkan atau dikelola consignee, consignor akan memiliki akses yang terbatas atas pengendalian persediaan mereka. Sehingga, tanpa kontrol dan akuntabilitas yang baik, persediaan dapat hilang, rusak, atau kadaluarsa. Jika perjanjian konsinyasi lebih menguntungkan consignor, pihak consignee wajib bertanggung jawab jika produk hilang atau rusak. Sehingga bukan keuntungan yang didapatkan oleh consignee tapi sebaliknya.
Kurangnya pengendalian persediaan, dimulai dengan kurangnya visibilitas persediaan di lokasi konsinyasi/ consignee. Dalam banyak kasus, pengelolaan inventory produk konsinyasi dilakukan secara manual oleh perwakilan consignor namun hal ini tidak cukup efektif, sebab para perwakilan ini tidak akan standby setiap hari di lokasi, mereka cenderung tidak teliti dalam melakukan kontrol (pencatatan & evaluasi), hingga banyak yang malas melakukan follow up jika ternyata produk konsinyasinya tidak ditempatkan di lokasi yang baik oleh consignee.
Masalah lainnya adalah akses inventory produk. Consignor menempatkan perwakilan untuk pengendalian di consignee namun tidak memiliki akses ke inventory produk konsinyasi. Contoh kasusnya jika consignee tiba-tiba memindahkan atau melakukan stock transfer ke toko ritel mereka yang lain sehingga sulit untuk dilacak produknya, khususnya untuk produk-produk yang tidak ber-batch ataupun tidak memiliki nomor serial. Pelacakan pergerakan inventory produk konsinyasi ini untuk memastikan consignee menjual sesuai produk yang dikirim dan consignor menagih sesuai produk yang mereka kirim.
Maka untuk consignor dan consignee memiliki pekerjaan rumah untuk menjadi lebih hemat biaya, efisien, dan tangguh sekarang menjadi lebih penting dari sebelumnya. Program inventory produk konsinyasi di masa depan membutuhkan otomatisasi, kontrol, dan transparansi. Ini dimulai dengan peningkatan visibilitas inventory produk di seluruh lokasi consignee.
Platform software manajemen inventory produk Turboly System penting untuk menciptakan solusi inventory produk konsinyasi berbasis nilai. Sistem ini memungkinkan produsen sebagai consignor untuk mengetahui dengan tepat inventory produk apa yang tersedia di setiap lokasi consignee dan menerima data informasi yang akurat atas penjualan di consignee secara realtime. Sehingga persediaan konsinyasi dapat diisi ulang dengan cepat, penarikan untuk produk kadaluarsa lebih rendah dan jumlah persediaan di setiap lokasi konsinyasi terjaga.
Teknologi memainkan peran penting dalam pendekatan baru berbasis nilai untuk inventory produk konsinyasi. Di masa depan, persediaan konsinyasi tidak akan hanya bicara untung rugi, tetapi kebutuhan yang efisien.
Baca Juga : Bagaimana Ritel Handphone Dapat Meningkatkan Penjualan Melalui Inventory Control?