Laporan Persediaan
Laporan Inventory atau persediaan merupakan salah satu laporan terpenting dalam bisnis ritel. Dari sebuah laporan persediaan, manajemen dapat merumuskan strategi untuk mengelola risiko dan menentukan strategi penjualan. Mengapa ini penting? Dalam bisnis ritel, persediaan merupakan “nyawa”, persediaan sangat mempengaruhi arus kas dan hal ini juga berkaitan dengan biaya=biaya yang timbul di perusahaan.
Dengan memiliki tingkat stok yang terlalu tinggi berarti:
- Lebih banyak modal operasi yang terikat dalam persediaan
- Risiko yang lebih besar seperti pencurian, kebakaran, atau kadaluwarsa barang yang mudah rusak
- Biaya gudang dan staf yang lebih besar
- Lebih banyak eksposur ke tren siklus hidup produk
Disisi lain dengan tingkat stok yang terlalu sedikit akan menimbulkan
Ketidakpuasan pelanggan karena keterlambatan pemenuhan
Menjalankan bisnis yang tidak produktif dan jelas, persediaan merupakan risiko yang harus dikelola - dan ini dimulai dengan pelaporan persediaan yang akurat. Berikut adalah beberapa laporan persediaan yang harus dimiliki untuk perusahaan ritel :
Store/ Warehouse Stock Level
Sebagai dasar mutlak, Anda perlu mengetahui nilai total dari persediaan yang Anda miliki dalam di toko ataupun gudang. Melacak nilai stock level berdasarkan kategori produk dan bahkan SKU (Stock Keeping Unit). Mengetahui berapa banyak modal yang masuk dalam persediaan - dan melacak fluktuasi nilainya dari waktu ke waktu - adalah bagian penting dari manajemen risiko keuangan, serta ukuran luas dari kelancaran operasi Anda.
Harga Pokok Penjualan (HPP)
HPP Anda juga merupakan metrik inti yang harus diperhatikan - dan metrik yang menginformasikan KPI penting lainnya seperti Rasio Perputaran Persediaan dan Margin Laba Kotor.
Pada dasarnya HPP Anda menunjukkan berapa biaya yang Anda keluarkan untuk membuat (atau mengimpor) produk. Dan jangan putus asa dengan kata diskon, produk Anda memiliki angka COGS bahkan sebelum dijual. Faktanya, jika Anda tidak mengetahui COGS Anda sebelum menjual produk Anda, Anda berisiko mengalami kerugian.
Rata-rata Hari untuk Menjual
Average Days To Sell adalah data inti lain untuk dilacak. Banyak toko/ perusahaan ritel tidak memiliki KPI yang ditetapkan untuk hal ini. Target klasik untuk seorang dalam bisnis ritel adalah memiliki batas Rata-Rata Hari Untuk Menjual selama 90 hari. Terlalu lama menyimpan jenis stok tertentu - misalnya, barang yang mudah rusak, atau mainan atau pakaian sudah tidak trend akan berisiko menjadi “deadstock”.
Dengan sistem manajemen persediaan secara real time, untuk semua pengguna.
Baca Juga : Manfaat Cycle Count Inventory